30 Mei 2009

Gelombang Elektromagnetik


Sedikit melenceng dari ilmu resep kali ini saya ingin bahas sedikit tentang fisika mengenai gelombang elektromagnetik, karena ada yang menanyakan materi ini. Membahas gelombang elektromagnetik berhubungan erat dengan konsep tentang listrik dan magnet. Ada beberapa teori yang menjelaskan listrik dan magnet, yaitu:
A. Teori Coulomb
Coulomb menyatakan bahwa disekitar muatan listrik yang diam terdapat medan listrik
B. Teori Biot-Savart
Biot-Savart menyatakan bahwa medan magnetik dapat disebabkan oleh arus listrik atau muatan yang bergerak.
C. Teori Faraday
Faraday menyatakan bahwa perubahan medan magnetik terhadap waktu menimbulkan medan listrik.
Pada tahun 1864, James Clark Maxwell merasakan adanya kekurangan dari konsep-konsep listrik magnet tersebut. James Clark Maxwell mengeluarkan suatu hipotesis yang menyatakan bahwa perubahan medan listrik terhadap waktu menimbulkan medan magnet. Dari teori Faraday Maxwell menjelaskan bahwa terdapat proses yang silih berganti dari perubahan medan magnetik dan medan listrik terhadap waktu. Perubahan yang terus menerus ini dinamakan Gelombang Elektromagnetik.

Sumber Gelombang Elektromagnetik
Sumber gelombang elektromagnetik ada 2, yaitu alami seperti matahari, dan buatan seperti ledakan nuklir, microwave, antena, radio, TV dan sebagainya. 
Menurut hipotesis Maxwell, gelombang elektromagnetik dapat timbul dari muatan listrik yang bergerak dipercepat.
 
Ciri-ciri Gelombang Elektromagnetik, yaitu:
1. Merupakan rambatan medan listrik dan medan magnetik yang saling tegak lurus dan merambat kesegala arah.
2. Tidak memerlukan medium dalam perambatannya. Gelombang Elektromagnetik dapat merambat diruang hampa udara.
3. merupakan gelombang transversal
4. Mempunyai sifat seperti cahaya, yaitu :
- dapat dipolarisasikan
- dapat didifraksikan
- dapat diinterferensikan
- dapat dibiaskan
- dapat dipantulkan
5. Kecepatannya bergantung pada permitivitas medan listrik dan permeabilitas medan magnetik.

Spektrum Gelombang Elektromagnetik
Spektrum gelombang elektromagnetik masih terdiri dari berbagai gelombang lain yang dibedakan berdasarkan frekuensi atau panjang gelombangnya. Gambar diatas menunjukan spektrum gelombang elektromagnetik berdasarkan frekuensi tertinggi ke frekuensi terendah atau dari panjang gelombang terendah ke panjang gelombang tertinggi.


Read More..

Teknik Dasar Pembuatan Potio

Potio atau sirup obat yang diminum dalam pembuatannya pada praformulasi umumnya dilakukan hal-hal berikut :

Melarutkan zat aktif dilarutkan dahulu sesuai kelarutannya, kelarutan zat dapat dilihat pada buku standar Farmakope Indonesia III atau FI IV.

Bila zat aktif tidak larut, maka perlu dibuat suspensi, pensuspensi yang umum digunakan : 
Carboxy Methyl Celullose (CMC) 0,5 – 2 % b/v (umumnya 1%), perlakuan terhadap CMC dengan cara ditabur di atas air panas (dua puluh kalinya).
Pulvis Gummosus (PGS) 1%, biasanya untuk bahan obat yang kurang berkhasiat keras.
Pulvis Gummosus (PGS) 2%, biasanya untuk bahan obat yang berkhasiat keras.

Bila sirup mengandung bahan minyak, maka sediaan dibuat emulsi, misalnya:
- Minyak ikan (dipakai Pulvis Gummi Arababicum (PGA) 30% dari berat minyak).
- Minyak jarak (dipakai PGA 1/3 kali berat minyak).
- Parafin cair : sebaiknya dipakai PGA ½ kali jumlahnya, dibuat corpus dulu, baru ditambahkan            parafin sedikit-sedikit.

SASA (solutio)
- Jika ada sirup, ditimbang ke dalam sirup, sambil diaduk-aduk.
- Jika tidak ada sirup, ditambahkan terakhir ke dalam botol, sambil dikocok.
- Succus : digerus dengan air panas secukupnya, jangan terlalu banyak, sulit menggerusnya.
- Tingtur atau Ekstrak cair : diencerkan dengan air secukupnya, atau langsung dimasukkan ke dalam    botol sidikit-sedikit sambil dikocok.
- Ekstrak kental : diencerkan dengan air hangat secukupnya.
- Ekstrak Opii; Pantopon : ditaburkan di atas air sama banyak, diamkan 15 menit, gerus encerkan.
- Iulapium : Iulapium Rubrum (sirup Rhoeados), Iulapium Fuscum (sirup Aurantii) dan Iulapium Album  (sirupus simplex).
- Sirup quantum satis (q.s) : jika bahan obat keras diambil 10% (dalam gram), jika obat keras harus ditanyakan jumlahnya.
- Saccharum album = gula : kalau diganti dengan sirupus simplex = 100/65 x jumlah gula 
- Sirup : berfungsi menstabilkan “corpus” (suspensi atau emulsi), ditambahkan ke dalam corpus sebelum diencerkan dengan air.
- Jika ada pembasah (wetting agent) : bahan yang tidak larut digerus dulu dengan pembasah, baru digerus dengan zat pensuspensi.
Contoh zat pembasah : Gliserol, Propilen Glikol, Sorbitol, Tween.
- Arsen trioksida : diganti dengan solutio Kalii arsenitis sebanyak 100 kalinya.


Read More..

Teknik Dasar Pembuatan Salep

Pada pembuatan salep bila ada bahan obat berupa serbuk, umumnya dikerjakan seperti pada pembuatan pulvis/pulveres. Tambahkan basis salep sama banyaknya, gerus sampai homogen, tambahkan sisa basis, gerus sampai homogen.  Bila dalam salep mengandung bahan-bahan obat tertentu, pengambilan bahan dilakukan dan diambil dengan cara berikut ini :

• Acid Boric : ambil pulveratum.
• Zinci Oxydum : digerus dengan basis panas (basisi dilelehkan, atau mortir dan stamper dipanaskan.
• Cera, Parafin, Cetaceum : dileburkan dengan basis lainnya, dinginkan sambil diaduk-aduk.
• Lanolin : ¾ bagian adepslanae dan ¼ bagian air.
• Balsam Peru, Ichtyol : ditambahkan terakhir.
• Krisarobin : dilarutkan dengan cara dileburkan bersama basis.
• Minyak ikan : tidak boleh terkena panas (karena Vitamin A dan Vitamin D di dalamnya akan rusak))
• Protargol : ditaburkan di atas air sama banyak, diamkan 15 menit di tempat gelap, gerus sampai homogen, ditambahkan ke dalam basis salep, gerus sampai homogen.
• Salep Gondopuro (Formularium Nasional) : semua bahan dimasukkan ke dalam pot salep (dari bahan gelas), dileburkan sambil ditutup rapat, dinginkan sambil digoyang-goyang.


Read More..

23 Mei 2009

Teknik Dasar Pembuatan Serbuk Obat (Pulvis dan Pulveres)

Serbuk obat disebut juga puyer dapat dibagi menjadi serbuk terbagi (Latin: Pulveres) dan serbuk tidak terbagi (Latin: Pulvis). Pembuatannya secara umum dapat dijelaskan berikut ini :

  • Mulai dari yang kasar, jika bahan yang kasar tersebut keras, harus digerus dahulu sampai halus, baru digerus dengan yang lain. Jika semua bahan halus, digerus dari dua bahan yang paling sedikit.
  • Bahan yang sangat sedikit digerus dalam mortir yang dialasi terlebih dahulu SL (Saccharum Lactis) untuk obat dalam atau bahan yang lainnya dan Talk atau Kaolin untuk obat luar.
  • Bila resep mengandung bahan Camphora, Menthol, Thymol, Acid Benzoic, Acid Salicylic : ditetesi etanol (spiritus fortior), kemudian keringkan dengan SL.
    Catatan : Acetosal tidak perlu ditetesi etanol. Campuran eutektik (campuran Camphor dan Menthol atau dengan Thymol) : masing-masing ditetesi etanol, dikeringkan dengan SL, baru dicampurkan.
  • Garam berair kristal : diganti dengan eksikatusnya.
  • Tingtur dan ekstrak cair : bila kurang dari 2 gram : digerus di mortir panas dengan SL sampai kering, sedangkan lebih dari 2 garam : diuapkan sampai seperti tingtur banyak, dapat diuapkan lagi secukupnya sampai kira-kira sama banyak dengan SL-nya.
  • Ekstrak kental : ditetesi etanol dilutum (= etanol 70%), keringkan dengan SL di mortir panas.
  • Sulfur, Stibii Pentasulfida atau Rifampisina (warna merah kuning, susah hilang dari mortir) : digerus diantara bahan tambahan/inert, seperti SL.
  • Bila dalam pulveres ada tablet : tablet digerus halus, baru dicampurkan dengan bahan lain.
    Elaeosacchara : Elaeosacchara Lactis dalam pulveres : terdiri dari 2 gram SL dan 1 tetes minyak atsiri.
  • Obat-obat paten yang di”loco” (diganti) : usulkan penggantiannya, kecuali sudah dianggap sinonim.
  • Dosis Maksimum (DM) lebih dari 80% dan 100% : penimbangan satu per satu, jika diberi paraf dan tanda seru, yang dituliskan tepat dibelakang nama bahannya pada resep.
  • Pengenceran : dengan SL dan Carmin, dengan SVCS tanpa Carmin.
  • Bila mengandung tablet salut : tabletnya ditumbuk halus, kemudian diayak yang halusnya dicampur dengan yang lainnya.


Read More..

22 Mei 2009

Menghitung Dosis Maksimum

Dosis adalah takaran atau jumlah, dosis obat adalah takaran obat yang bila dikelompokkan bisa dibagi :

  1. Dosis Terapi (Therapeutical Dose), yaitu dosis obat yang dapat digunakan untuk terapi atau pengobatan untuk penyembuhan penyakit.
  2. Dosis Maksimum (Maximalis Dose), yaitu dosis maksimal obat atau batas jumlah obat maksimum yang masih dapat digunakan untuk penyembuhan. Dalam buku buku standar seperti Farmakope atau Ekstra Farmakope Dosis Maksimum (DM) tercantum diperuntukkan orang dewasa.
  3. Dosis Lethalis (Lethal Dose), yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat mematikan bila dikonsumsi. Bila mencapai dosis ini orang yang mengkonsumsi akan over dosis (OD)

Cara Menghitung Dosis Maksimum Obat Dalam Resep

a. DM tercantum berlaku untuk orang dewasa, bila resep mengandung obat yang ber-DM, tanyakan      umurnya.
b. Bila ada zat yang bekerja searah, harus dihitung DM searah (dosis ganda)
c. Urutan melihat daftar DM berdasarkan Farmakope Indonesia edisi terakhir (FI. Ed.III, Ekstra    Farmakope, FI. Ed.I, Pharm. Internasional, Ph. Ned. Ed. V, CMN dan lain-lain).
d. Setelah diketahui umur pasien, kalau dewasa langsung dihitung, yaitu untuk sekali minum : jumlah  dalam satu takaran dibagi dosis sekali dikali 100%.
 Begitu juga untuk sehari minum : jumlah sehari dibagi dosis sehari dikali 100%.
e. Dosis Maksimum (DM) searah : dihitung untuk sekali dan sehari.
f. Cara menghitung Dosis Maksimum (DM) untuk oral berdasarkan :
     i). Rumus Young 
         Untuk umur 1-8 tahun dengan rumus :
         (n/n + 12) x DM (dewasa)          n = umur dalam tahun 
 
     ii). Rumus Dilling
         Untuk umur di atas 8 tahun dengan rumus :
         (n/20) x DM                             n = umur dalam tahun 
 

    iii). Rumus Fried
         (n/150) x DM                            n = umur bayi dalam bulan 
 

    iv). Bila dalam berat badan

         Rumus Clark 
         (Berat badan dalam kilogram) / 70 kg  x DM (dewasa)
 

by Joey

Read More..

Obat Tidak Tercampurkan

Obat Tidak Tercampurkan, mahasiswa farmasi lebih suka menyingkat dengan O.T.T obat tidak tercampurkan. Padanan katanya kalau dalam bahasa Inggris kira-kira sama dengan Incompatible atau Incompatibility sehingga bisa juga di Indonesiakan menjadi inkompatibel. Maksudnya bila dua atau lebih obat dicampurkan akan saling mempengaruhi obat tersebut, obat tersebut bisa rusak, atau dalam penggunaannya dalam tubuh mungkin efeknya akan salaing meniadakan, sinergis atau ataupun mungkin antagonis.

Bila dikelompokkan OTT ini secara umum adalah :

OTT Secara Fisik :

Serbuk harus diserahkan dalam keadaan kering, tidak boleh basah.
Misal dalam R/ ada campuran camphora dan menthol, maka serbuk akan basah. Cara mengatasinya : masing-masing dicampur dulu dengan zat “inert” baru keduanya dicampur.

OTT Secara Kimia :
Terjadi reaksi kimiawi, misalnya pada tetes mata yang mengandung argentum proteinikum dan cocain hidrochlorida, akan terjadi endapan, maka diusulkan salah satu dikeluarkan.

OTT Secara Farmakologi :
Ada dua atau lebih efek yang saling bertentangan (antagonis), maka salah satu diusulkan untuk dikeluarkan, kecuali resep standar misal dalam R/ ada luminal dan kafein :
a. Harus ditanyakan kepada dokter yang menulis resep itu, atau usul, bila :
1. Khasiatnya berubah
2. Bila obat itu tercampur akan terbentuk zat-zat lain yang lebih beracun
3. Secara farmakologis tidak tersatukan, misal dalam satu resep mengandung luminal (sedativum) dan coffeinum (stimulansia), harus ditanyakan apakah salah satu dikeluarkan atau memang dokter menghendaki demikian.
b. Tidak usah ditanyakan kepada dokter, cukup dibuat secara “lege artis”, misalnya dalam pembuatan serbuk menjadi basah bila dicampur (misalnya camphora dan menthol).


Read More..

Pengenceran Padat dan Cair Dalam Resep

Pengenceran bahan dalam mengerjakan resep biasanya kalau bahan obat yang akan ditimbang kurang dari 50 mg, karena penimbangan bi bawah 50 mg kurang akurat maka dilakukan pengenceran supaya bahan obat yang jumlahnya kecil dosisnya dapat tetap dijaga.

Misalnya bila dalam resep kita hendak menimbang Diazepam 20 mg.

Timbang Diazepam 50 mg, bisa ditambahkan zat warna sedikit (untuk melihat kehomogenan campuran obat nanti), seperti carmin, ditambah saccharum lactis 2.450 mg. Dalam mortir, gerus saccharum lactis sebagian, tambahkan Diazepam, zat warna (carmin), gerus hingga homogen (warna merah merata), tambahkan sisa saccharum lactis sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen. Dari campuran ini ditimbang = 1.000 mg
  Untuk Diazepam 20 mg = 20/50 x 2.500 mg
  = 1.000 mg
Dari campuran 1.000 mg ini mengandung 20 mg Diazepam dari hasil pengenceran Diazepam dalam saccharum lactis ini yaitu 1.000 mg (1:50).
Pegngenceran bisa dilakukan dengan perbandingan 10 kali, 30 kali, 50 kali. Hasil pengenceran dari serbuk ini sebaiknya paling sedikit 200 mg.

Pengenceran untuk obat dalam sediaan cair :
Sebaiknya diencerkan dalam pelarut yang sesuai atau pembawa lainnya seperti air bila pembawanya air sebagai pelarut. Misal menimbang Vitamin B1 (Thiamin HCl) 10 mg. Vitamin B1 ini larut dalam air, jadi timbang Vitamin B1 sebanyak 50 mg, dilarutkan dalam air hingga 10 mL.
Untuk 10 mg Vitamin B1, diambil dari campuran larutan sebanyak :
  10/50 x 10 mL = 2 mL
  Jadi dalam campuran 2 mL ini mengandung 10 mg Vitamin B1 hasil pengenceran dengan perbandingan   = 1 : 200.


Read More..

Singkatan yang Sering Dijumpai Dalam Resep

1. S. bdd. Cth 1 = S.2 dd cth 1 = Signa bis de die cochlear theae 1
  = bid. = bis in die
  = Sehari 2 x 1 sendok teh

2. S. tdd c 1 = S. 3 dd c 1 = signa ter de dic cochlear
  = sehari 3 x1 sendok makan 

3. S.4 dd p 1 = signa quarter de die pulvis 1
  = sehari 4 x 1 bungkus

4. S.5 dd p II = sigma quinquis de die pulpvis I
  = sehari 6 x 1 bungkus

5. S.6 dd pI = signa sexies de die pulvis I
  = sehari 6 x 1 bungkus

6. S. bid p I = signe bis in die pulvis II ante coenam
  = sehari 2 x 2 bungkus sebelum makan

7 S. o. h. cth = sigma omni hora cochlear
  = tiap jam satu sendo teh

8. s. o. b. c I = s. o 2 hc = sigma omni bihorio cochlear
  = tiap 2 jam satu sendok makan.

9. s. o tr.. h. c I = s. o 3 hc = sigma omni thrihorib cochlear
  = tiap 3 jam satu sendok makan

10. s.o. 4 h. c I = sigma omnibus quattuor horis cochlear
  = tiap 4 jam satu sendok makan

11. s.o.5 h. c I = omnibus quinque horis cochlear 
  = tiap 5 jam 1 sendokl makan

12. s. 3 – 4 dd loz I = sigma 3-4 de die lozenges I
  = sehari 3-4 kali 1 tablet hisap

13. s.o.s applic = sie opus sit appilcandum
  = dipakai bila perlu

14. s.n.s = sigma nas sic = jika perlu

15. s.h. s CI = sigma hora somni cochlear I
  = pada waktu hendak tidur 1 sendok makan

16. s.em.et v gtt II as = sigma mane et vespere guttae II auris sinistra
  = pagi dan malam masing-masing 2 tetes pada kuping kiri/ telinga  
  ad = augris dextaa = kuping kanan/ telinga kanan
  m = mane = pagi hari
  v = vespere = malam hari

17.s.m supp I = tiap pagi 1 buah

18 s.v. applic = digunakan malam hari

19. s.3 dd p II ½ hpc = sigma terde die pulpis II ½ hora post coenam
  = sehari 3 x 2 bungkus setengah jam sesudah makan

20. s. mix. Agitanda = campuran kocok

21. S.u.c =sigma usus cognitus = pemakain diketahui
22. s.u.n = sigma usus notus = pemakaian diketahui
23. s. u e = sigma usus externus = pemakain luar
24. m.d.e pulv. ads = misce da signa pulv adspersorius
  = campurlah, serahkan dan tandailah serbuk tabur/ bedak tabur

25. s.p. r. n = sigma pro renata = kadang-kadang, apabila perlu
26. d.t.d = desis da tales dosis
  = berikanlah dengan takaran sebanyak itu.

27. d.i.d = da in dim = da in dimido = berilah ½ nya
28. da pars tertia = dibuat 1/3 nya
29. das pars quarta = dibuat ¼ nya
30. da pars quinta = dibuat 1/5 nya
31 da pars sexta = dibuat 1/6 nya
32. da in duplo/ d.i.2plo = dibuat 2 kalinya

33. da in triplo/ di. 3 plo = dibuat 3 kalinya  
34. a, aa = ana = masing-masing
35. add = adde = tambahkan
36. s. haust. = signa haustus = diminum sekaligus habis
  - hand lotion = lotio untuk tangan
  - gargarisma = obat kumur sampai ke tengorokan
  - Colutio oris = collutorium = obat kumur / cuci mulut
  - Acne cream = kream jerawat
  - Linimentum/ lin = obat gosok
  - Rhino guttae = obat tetes hidung
  - naristillae = obat semprot/cuci hidung

Read More..

Penanganan Diare Pada Balita

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar 3 kali atau lebih dalam satu hari dan tinja atau feses yang keluar berupa cairan encer atau sedikit berampas, kadang juga disertai darah atau lendir.
Penyebab diare pada bayi dan balita kebanyakan karena bakteri atau virus maupun parasit yang masuk melalui makanan atau bisa pula karena alergi terhadap makanan.
Penyakit diare dapat ditularkan melalui:

  • Pemakaian botol susu yang tidak bersih
  • Mencuci botol susu tidak higienis
  • Menggunakan sumber air yang tercemar
  • Buang air besar disembarang tempat
  • Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa, dll) atau oleh tangan yang kotor.


Faktor kebersihan ternyata ikut andil dalam menyebabkan anak diare. Mulai dari kebersihan alat makan anak sampai kebersihan setelah buang air kecil/buang air besar. Semua yang dapat mengenai tangan anak atau langsung masuk ke dalam mulut anak harus diawasi.

Bayi dan balita (bayi bawah lima tahun) rentan sekali akan diare. Perkembangan sistem pencernaan dan kekebalan tubuhnya yang belum optimal menyebabkan mereka mudah terserang diare akibat bakteri atau virus.

Penanganan diare pada balita atau bayi paling penting adalah menjaga jangan sampai terjadi dehidrasi karena dehidrasi inilah yang menyebabkan diare pada anak bisa membawa maut. Pengobatannya kita harus mengetahui penyebab diare dari bentuk feses sewaktu BAB dan analisis klinis lain. Analisis lain bisa dimungkinkan dari obat diare, diantaranya adalah kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare, seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan.

Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter

Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.

Penggolongan Obat Diare

A. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.
1. Racecordil (tidak untuk bayi dan Anak )
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut.
2. Loperamide (tidak untuk bayi dan balita )
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen (luka di bagian perut), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.(contoh obat Imodium, lopamid, lodia dll)
3. Nifuroxazide (bisa untuk bayi dan dewasa)
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.(contoh obat nifural )
4. Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut.(contoh obat smecta)

B. Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara:
1. Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin (difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna)
2. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.
3. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth serta alumunium.

Contoh obat-obatan golongan ini Pada balita contoh obat aopectat, Guanistrep, neo Kaolana, Neo Kaominal dll... Pada orang dewasa new diatab, biodiar, norit, entrostop, dll
biodiar

C. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.

sedangkan penggunaan Lacto B, Probi dan obat sejenis yang mengandung lactobasilus adalah berguna untuk memperbaiki saluran cerna dan menekan bakteri yang menyebabkan diare.

Sebenarnya yang paling penting adalah penggunaan oralit untuk mencegah dehidrasi, karena pada waktu diare tubuh kehilangan banyak cairan, sehingga tubuh butuh keseimbangan cairan. Cairan ini dapat digantikan dengan larutan garam elektrolit yang  banyak tersedia di apotek seperti Oralit ataupun Pedialyte.

Sewaktu diare putra putri anda jangan dipuasakan, asupan makanan bergizi harus tetap diberikan, akan tetapi hindari sayuran yang mengandung serat, karena serat susah dicerna sehingga bisa meningkatkan frekuensi diarenya. Buah-buahan juga dihindari kecuali pisang dan apel karena mengandung kaolin, pektin, kalium yang berfungsi memadatkan tinja serta menyerap racun.

Bila di rumah tidak sedia Oralit atau Pedialyte orangtua bisa membuat cairan elektrolit dengan melarutkan 1-2 sendok makan gula dan garam seujung sendok teh kedalam air putih satu gelas. Untuk kalori bisa diberikan air tajin, 1 sdm tepung beras 100 cc air dimasak sampai mendidih.


Read More..

Sebelum keluar kasih komentar dulu ya...

Powered By Blogger

Nyari Komisi Gretongan Disini Nih

Primary Education Blogs - BlogCatalog Blog Directory Add to Technorati Favorites
widgets Share/Save/Bookmark online counter

  © Blogger templates 'Neuronic' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP